Setelah Andine mengisi buku diarynya, ia beranjak dari tempat tidur menuju kamar mandi yang ada di sebelah kamarnya. Seusai mandi, Andine berpakaian sambil menyenandungkan lagu Happy Day - Jang nara, tak lupa ia menyemprotkan parfum Paris Hilton kesukaannya. Dengan semangat ia bercermin dan berputar-putar di depan cerminnya, dan ia menjentikkan jarinya sebagai isyarat 'perfect'. Andine selalu ingin terlihat sempurna setiap ia keluar kamar. Lalu pergilah Andine ke ruang makan, menyusul ayah dan bunda yang sudah berada di ruang makan terlebih dahulu.
"Ayah, pagi ini aku ikut ayah ya ?" pintanya dengan memelas.
"Oh Dear, hentikan muka memelasmu itu..Tentu saja ayah akan mengantarmu ke sekolah" jawab ayah dengan lembut.
Hari pertama di tahun ajaran baru sangat ingin Andine lewatkan dengan sempurna. Tetapi semuanya terhempas ketika ia melihat daftar murid-murid yang akan menjadi teman sekelasnya selama 1 tahun, karena Yos, ya, Yos sekelas dengannya. Yos adalah pria yang sejak kelas 1 SMA ia kagumi.
Saat pertama kali masuk SMA PELITA, Andine -yang bertubuh kecil dan mungil- merasa kesulitan untuk melewati segerombolan murid baru di tengah lapangan pada saat selesai upacara bendera. Andine terlempar kesana kesini diantara murid-murid bertubuh besar sehingga Andine hampir saja terjatuh kalau tidak ada seseorang yang merangkul pundaknya dan menariknya keluar dari gerombolan menyesakkan itu. Karena kebingungan, Andine melihat siapa orang yang telah berbaik hati menolongnya, Andine harus menengadahkan kepalanya untuk melihat penyelamatnya itu.
"Eh, terima kasih ya" ucap Andine sambil terus menatap penyelamatnya itu.
(mengangguk) "Hati-hati kalo jalan diantara segerombol murid-murid yang bertubuh lebih besar dari kamu" jawab pria itu sambil melepaskan rangkulannya dari pundak Andine.
Pria itu meninggalkan Andine secepatnya sedangkan Andine tidak berhenti memandangi punggung penyelamatnya tanpa berkedip. Sejak saat itu Andine mencari tahu siapa nama pria penyelamatnya waktu itu. Dan ketika suatu saat ia ditugaskan guru piket untuk memanggil seseorang murid di kelas 10 F. Dengan malas ia berjalan ke kelas itu karena kelas itu jauh berada di lantai 3. Dan Andine pun kaget karena ternyata murid yang dimaksud adalah PENYELAMATNYA. Andine pun tersentak dan jantungnya berdegup kencang, dengan gugup Andine menjelaskan bahwa dia sudah ditunggu di ruang piket. Semenjak itu Andine mengetahui siapa nama pria yang membuatnya sangat terkesan, yaitu Yos Jahandra.
Andine diam sejenak, ia tidak percaya kalau ia akan satu kelas dengan penyelamatnya. Ia sebenarnya tidak menginginkan hal itu terjadi kepadanya, ia lebih suka memandangi dan mengaguminya dari kejauhan dan tidak lebih dari itu. Untung saja Andine belum menceritakan hal tersebut kepada siapapun. Andine memang sangat tertutup mengenai pribadinya, karena itu ia merupakan tempat rahasia besar hampir seluruh teman sekelasnya waktu kelas 2 dulu.
"Hey, Andine ! Kita sekelas loh" teriak salah satu temanku waktu kelas 2 dulu, Gia, mengagetkanku.
"Oh ya ? wah, enak dong. Aku tidak sendiri disini. Hehe" jawab Andine menenangkan diri.
"Hey Andine, kamu tau gak, kita sekelas loh sama pangeran itu" ucapnya berbisik.
"Siapa ?"
"Yos, Yos Jahandra. Itu tuh, absen nomer 39" jawab Gia sambil menunjuk-nunjuk takut, takut ada yang melihat mungkin.
Hah ? Apa aku pernah menceritakan kepada Gia bahwa Yos adalah penyelamatku waktu aku kelas 1 SMA dulu ? Sepertinya hubunganku dengan Gia tidak terlalu dekat sewaktu kelas 2 dulu, aku tidak mungkin pernah menceritakan rahasia pribadiku dengan orang lain, apalagi kepada orang yang tidak terlalu dekat denganku seperti Gia. Atau apa mungkin Gia tahu dari gosip teman-temanku yang lain ? Tapi sungguh, tidak ada yang tahu rahasia ini sekalipun orang tuaku.
Dengan wajah bingung ia menatap Gia dan berusaha mencari tahu, pangeran apa yang dimaksud.
"Itu loh An, dia kan orang yang sangat aku sukai dari kelas 2" jawab Gia dengan wajah berseri-seri.
"Oh..." jawab Andine lega sekaligus cemas, cemas karena takut Yos akan diambil Gia dari hidupnya seakan-akan kehidupannya hanya tertuju pada Yos, walaupun hanya saat di sekolah saja.
"Kamu gak tahu yang mana orangnya kan ? soalnya kan kamu di kelas mulu, apa enggak di perpus..hehe" gurau Gia.
"Iya, mungkin aku ga tau yang mana orangnya. Kalo gak keberatan, kamu mau ngasih tau ke aku yang mana orangnya ?" jawab Andine dengan santai dan agak sedikit kesal.
Bel sekolah pun berbunyi, murid-murid segera masuk ke dalam kelas satu per satu. Andine sekarang berada di kelas 12 A yang menurut pengetahuan kebanyakan murid sih kelas itu merupakan kelas pilihan. Bukan pilihan dalam kepintaran dalam hal akademik saja, melainkan dalam hal non-akademik seperti misalnya Andine yang berperan aktif di perpustakaan sekolah, Gia yang aktif di kegiatan OSIS sehingga ia terpilih menjadi ketua OSIS, nah si Yos kira-kira keunggulannya di bidang apa ya ?hm, mari kita bahas..
Seorang pria berkulit coklat kehitaman masuk ke dalam kelas. Tubuhnya tidak bisa dibilang tinggi namun cukup tegap dalam berjalan, rambutnya hitam, hm sepertinya efek dari cat, karena akar-akar rambutnya sudah banyak yang memutih. ia sudah menjadi guru tetap disini. Pertama kali masuk, yang ia lihat adalah lantai kelas, lalu ia menggelengkan kepala tanda tidak suka tetapi ia tetap melanjutkan jalannya ke meja guru.
"Perkenalkan, nama saya Widodo. Saya adalah wali kelas kalian. Saya harap anda - anda bisa membantu saya dalam proses belajar"
kelaspun hening...
"Saya mengajar mata pelajaran Matematika. Saya mengajar di kelas 12 A, B, dan E. Saya bangga bisa menjadi wali kelas disini, karena kelas ini adalah kelas pilihan. Kalian sendiri mungkin sudah mengetahui bahwa bilamana di kelas ini, murid-muridnya adalah murid terdepan di bidangnya masing-masing. Tetapi saya harap, bukan bidang akademik/non-akademik saja yang kalian kuasai, tetapi kedua-duanya harus berjalan seiring" tambah Pak Widodo.
Hari pertama masuk sekolah di ajaran baru, Yos malah tidak masuk sekolah dikarenakan ia masih di tempat liburannya, Bali. Andine merasa lega karena hari ini ia belum bertemu dengan Yos, memikirkan satu kelas dengan Yos membuat kepalanya pening sehingga semua informasi dari wali kelas tidak dapat disimpan di otaknya dengan baik sehingga malam harinya ia harus menelpon Gia untuk mengulang kembali apa yang tadi diinformasikan oleh wali kelas. Seusai Gia memberitahukan ulang informasi yang disampaikan wali kelas kepada Andine, Gia pun melanjutkan kembali membicarakan Yos. Mau tak mau Andine harus membiarkan kepalanya berdenyut-denyut dan jantungnya berdegup kencang saat Gia mengatakan bahwa dia sangat tergila-gila dengan Yos. Meskipun Andine agak kesal dengan apa yang dibicarakan Gia, tetapi ia tidak menunjukkan kekesalannya kepada Gia sebab ia tahu bahwa Gia tidak salah. Andine dan Gia menyukai orang yang sama dan melakukan hal yang wajar dan tidak curang, adil kan ? Tinggal menunggu respon dari Yos saja, menerima respon dari stimulus Andine yang sangat sangat kecil atau menerima respon dari stimulus Gia yang sedang-sedang saja. Yang pasti, Yos lebih mengenal Gia ketimbang Andine. Mungkin saja Yos sama sekali tidak mengenal siapa Andine itu. Dan mungkin saja Yos sudah melupakan gadis mungil yang ia tolong dari segerombolan murid berbadan besar sewaktu kelas 1 dulu.
Jam 11 malam Andine belum juga tidur, ia membuka buku Diarynya dan mengambil sebuah pulpen dari laci mejanya. Andine memejamkan mata sebentar lalu menulis mengenai hal apa saja yang telah terjadi selama satu hari ini. Kalimat terakhir sebagai akhir dari curhat untuk hari ini tertulis Sangat Membingungkan, Unpredictable.
Kembali lagi ke pagi hari. Seperti biasa Andine menata dirinya dengan sempurna tidak lupa menyemprotkan minyak wangi kesukaannya di leher dan di tangan agar wanginya semerbak. Hari ini Andine berangkat sendiri, ia tidak lagi merengek pada ayahnya untuk minta diantar ke sekolah karena Andine sedang ingin mampir ke toko majalah langganannya terlebih dahulu untuk membeli majalah untuk melengkapi artikel yang sedang ia buat sebagai tambahan bacaan di perpustakaan sekolah. Andine tidak pernah merasa bosan atau lelah dalam mengoperasikan perpustakaan sekolah, untuk itu ia dinobatkan sebagai Queen Of Library at School. Andine tidak keberatan diberi julukan seperti itu karena kenyataannya kecintaannya terhadap perpustakaan sekolah sangatlah besar, kelak bila ia sudah lulus dari sekolah ini, ia telah diberi tawaran oleh kepala sekolah untuk tetap selalu merawat dan mengembangkan perpustakaan sekolah itu dan kepala sekolah bersedia untuk menggajinya nanti. Andine bercita-cita ingin mempunyai sebuah perpustakaan besar yang berisi buku-buku yang ia senangi dan artikel-artikel buatan dia dan artikel buatan orang lain tetapi artikel yang bersifat orisinil. Kecintaan Andine terhadap hal-hal yang berbau perpustakaan tidak pernha hilang, bahkan ia pernah melewatkan 1 hari penuh di dalam perpustakaan untuk membaca, membuat artikel, cerpen, maupun membuat mading. Walaupun anak seusia dia biasanya memiliki hobi ke mall atau ngumpul bareng teman-temannya, Andine merasa tidak tertarik dengan hal-hal seperti itu entah apa yang ada dibenaknya.
Andine melanjutkan perjalanannya menuju sekolah. Ketika itu ia melihat sebuah mobil melintas disebelahnya dan berhenti tepat di depannya. Bukan berhenti untuk mempersilahkan Andine masuk kedalamnya dan duduk manis tentunya karena disini banyak sekali orang, tepatnya Andine berada di sebuah halte.
Seorang wanita yang berdiri tidak jauh di belakang Andine melewatinya dan masuk ke dalam mobil yang berhenti itu. Dan ketika sang wanita tadi membuka pintu, Andine sempat mengintip siapa pria dibalik kemudi itu, Andine kaget karena pria yang berada di dalam mobil itu adalah Yos !
Yos sudah mempunyai pacar, batin Andine.
Tanpa disadari Andine tidak mengerjapkan mata sama sekali sampai mobil itu kembali melaju menjauhinya.
Sesampainya di sekolah, Andine masih memikirkan kejadian yang terjadi di halte bus tadi. Dalam hitungan detik, pikirannya tidak tertuju pada kejadian tadi pagi lagi tetapi ia mulai sadar bahwa hari ini ia akan memulai pelajarannya dengan selalu bersama Yos, hal itulah yang membuat Andine semakin tak karuan. Rasanya ingin pindah sekolah saja agar ia tidak akan pernah bertemu dengan Yos setelah apa yang Andine saksikan tadi pagi. Dengan langkah gontai Andine menaiki tangga menuju kelasnya. Sesampainya di depan kelas, Andine tidak melihat seorang pun murid berada di luar kelasnya padahal ini masih jam setengah 7 pagi. Dengan rasa penasaran Andine melangkah dan melihat ke dalam kelas, dan ternyata semua murid terutama yang perempuan mengerubungi seseorang yang duduk dipojok kelas.
Andine kebingungan, apa yang sedang terjadi. Apa ada yang kecelakaan, atau ada yang pingsan, atau malahan apa ada yang kesurupan. Banyak pertanyaan berkelebat di benak Andine.
Karena penasaran, Andine ikut menyelinap ke dalam kerubungan murid untuk melihat apa yang sedang terjadi disana, mungkin saja Andine bisa meliputnya dan menaruh berita ini di artikel perpustakaan agar perpustakaan semakin menarik untuk dikunjungi murid.
Setelah bersusah payah menyelinap, akhirnya Andine bisa mengetahui apa yang sejak tadi dikerubungi oleh murid khususnya murid perempuan di kelasnya ini. Dan ternyata Yos adalah pusat perhatian segerombolan murid di kelas. Tiba-tiba Andine terdorong dari belakang dan dengan hitungan detik ia tersungkur di deretan paling depan tepatnya di kaki Yos yang sedang duduk.
Suara tawa murid sekelas pun memecah.
Malunya bukan main, batin Andine. Dengan sigap Yos membungkuk dan menyentuh pundak Andine. Yos tidak menertawakanku, ya benar. Andine yang masih menunduk karna malu, tidak berani menengadahkan wajahnya dan mengucapkan terima kasih atas bantuan Yos yang sudah membantunya berdiri. Andine berlari keluar dan menjauh, kali ini ia tidak ke perpustakaan melainkan ke kamar mandi. Jantungnya berdebar sangat keras dan mungkin sampai terdengar suaranya oleh orang lain apabila tidak ada segerombolan wanita yang asyik berargumen mengenai fashion di dalam kamar mandi. Andine bersandar pada dinding salah satu toilet sambil mengeluskan dadanya, ia tampak gugup sekali. Untuk menenangkan jantungnya, ia memejamkan mata sejenak, karna menurut buku yang sering ia baca menyarankan untuk menutup mata ketimbang menarik napas disaat seseorang mengalami gugup. 3 menit kemudian rasa gugup yang Andine rasakan perlahan mengurang, tetapi tidak menghilang dan Andine memutuskan untuk kembali ke kelas karena bel masuk sudah berbunyi. Kali ini Andine memberikan sugesti ke alam bawah sadarnya untuk tidak memikirkan apa-apa karna hanya akan merusak harinya yang sudah rusak ini.
Sesampainya di kelas, ternyata tidak ada seorang pun yang membahas incident memalukan itu. Hari ini pelajaran pertama diawali dengan Bahasa Indonesia, lalu jam kedua diisi dengan Matematika yang gurunya adalah wali kelas dari kelas 12A. Diawal, Pak Widodo ingin semuanya berkenalan dan menyebutkan hal yang menjadi alasan mengapa mereka ditempatkan di kelas ini. Satu demi satu murid mengenalkan identitas mereka, begitu juga Andine. Ketika giliran Yos mengenalkan dirinya, Andine dan murid perempuan lainnya memasang indera pendengaran mereka lekat-lekat seperti takut kehilangan informasi dari pria tampan itu. Andine tidak berani menoleh ke asal suara itu karena dia takut bertemu pandang dengan Yos. Entah kenapa keberanian dalam segala hal yang Andine miliki selama ini hilang seketika saat ia dihadapkan dengan Yos.
Ternyata Yos berada di kelas ini karena Yos adalah pembalap mobil terkenal di sekolah ini, bukan hanya itu, Yos juga merupakan atlet renang kebanggaan sekolah.
Pelajaran demi pelajaran pun berlalu hari ini sampai tiba waktunya jam pulang sekolah berbunyi.
Andine tidak langsung pulang melainkan seperti biasa, ia langsung bertengger di perpustakaan. Ia melihat beberapa artikel yang masih terbengkalai karna Andine juga harusmengurusi mading sekolah setiap bulannya. Andine berjanji pada dirinya sendiri untuk menyelesaikan artikel-artikelnya dalam waktu dekat ini, dan ia pun melaksanakannya mulai dari hari ini, dan tanpa sadar Andine masih mengerjakan artikelnya hingga malam hari.
Jam 6 sore Andine menghentikan kegiatannya dan memutuskan untuk pulang ke rumah dan melanjutkan artikelnya esok hari di waktu senggang. Lelah sekali Andine hari ini, wajahnya sangat menunjukkan kelelahan. Ketika Andine keluar dari dalam perpustakaan, ia dikejutkan oleh seseorang yang berdiri di depan pinta perpustakaan.
"Astaga, ngapain disini ?" tanya Andine masih kaget.
"Aku baru latihan renang tadi, trus aku liat ruangan perpus masih nyala, jadi aku tanya sama Pak Jajang, katanya itu berarti kamu masih ada di perpus, jadi aku kesini deh mungkin aja kamu butuh bantuan" jawab pria itu jujur.
"Kamu ngapain sih disini ampe malem gini ?" tambah pria itu lagi.
"Nyelesein artikel" jawab Andine letih.
Sejak tadi Andine tidak merasa deg-degan sewaktu pria itu -Yos- menerangkan alasannya berada di perpustakaan, Andine malah merasakan kelegaan dengan kehadiran Yos.
Yos menyodorkan segelas teh hangat kepada Andine. "Minumlah, nanti masuk angin kalo bekerja sampe malem gini."
"Hah ? aku enggak bekerja tahu. Ini hobiku," jawab Andine tegas.
"Iya, apapun itu, kamu minum dulu nih tehnya, keburu dingin loh," suruh Yos kepada Andine.
Andine memandang Yos lalu melihat gelas yang sejak tadi dipegang Yos.
"Teh ini tidak berracun kan ? Kau tidak ada masalah apa-apa denganku kan ? Maksudku, kau tidak menaruh obat tidur atau lainnya kan ke dalam teh ini ?" tanya Andine curiga.
"Enggak nyonya..." jawab Yos.
"Oke," Andine meraih gelas tehnya dan meminumnya. Dalam hitungan detik teh itu telah habis, ternyata Andine sudah kehausan daritadi tapi Andine sangat malas untuk membeli minuman di kantin.
Sekolah sudah tampak gelap karena lampu hanya dinyalakan di beberapa titik saja. Murid lain sudah tidak ada yang berkeliaran di sekolah kecuali mereka berdua. Andine maupun Yos tidak ada yang merasa takut untuk berada di sekolah pada jam itu, mereka mempunyai pikiran masing-masing sehingga disepanjang koridor lantai 2 mereka tidak berbicara sepatah katapun.
Sepertinya Andine kelelahan sampai-sampai ia terhuyung dan hampir jatuh saat menuruni tangga kalau Yos tidak merangkul pundaknya (lagi). Karena tas yang dibawa Andine cukup berat, Andine menjadi terbawa ke dalam pelukan Yos dan tas Andine terjatuh tepat diatas kaki Yos.
"Aduh, aduh.." keluh Yos.
"Aduh maaf Yos, kena tiban tasku ya ?" tanya Andine.
"Eh iya, sakit. Berat ya ?"
"Iya sedikit berat, maaf banget ya Yos"
"Gapapa, udah ga sakit kok" jawab Yos berbohong karna ia tidak mau memperpanjang kesakitannya di tempat yang menyeramkan itu, khususnya pada malam hari.
Andine dan Yos berhasil keluar dari sekolah dalam waktu 30 menit karena Andine sudah tidak kuat menopang berat badan dan tasnya, maka mereka berjalan pelan dan membawa tas Andine dengan diseret.
Yos mengeluarkan mobil dan mengajak Andine untuk diantar. Andine bersedia untuk diantar sampai gang rumahnya saja, ya Andine tidak mau Yos mengetahui dimana letak rumahnya, entah kenapa.
"Terima kasih banyak ya Yos, maaf sudah merepotkan" ucap Andine sambil menundukkan kepala mengarah kepada Yos.
Yos pun membalas ucapannya dan menganggukkan kepala.
Sebelum Andine sempat membuka pintu mobil, Yos menarik tangan Andine dan serentak Andine menoleh ke arah Yos.
"Biar aku yang membukakanmu pintu, kelihatannya kamu sangat lelah."
Yos membukakan pintu Andine dari luar, romantis sekali kelakuannya. Tiba-tiba Andine teringat kejadian tadi pagi, andai saja Yos belum mempunyai kekasih, mungkin sekarang aku sudah memeluknya karna ia sangat gentle hari ini, batin Andine memuja.
Yos beranjak dan menancap gas mobilnya kembali setelah ia sudah merasa Andine baik-baik saja di dalam gang sana dan akan sampai ke rumahnya dengan selamat.
Keesokan harinya Andine tidak se-nervous kemarin saat kembali ke sekolah. Badannya sudah kembali segar, ia merasa lebih segar dari kemarin. Dan setibanya di kelas ia dihadapkan pada moment seperti kemarin, segerombolan murid perempuan berlomba-lomba mengerubungi Yos yang datang lebih pagi, entah jam berapa ia datang. Dan hari ini berjalan sangat datar, Yos sama sekali tidak seramah kemarin, bahkan ia seperti lupa akan kejadian semalam yang membuat hati Andine panas dingin.
Setelah bel pulang berbunyi, seluruh murid berhamburan keluar kelas dan hanya Andine yang masih sibuk merapikan beberapa kertas dan buku-bukunya yang berhamburan di lantai karena tidak sengaja tersenggol dan barang-barang didalamnya berhamburan ke lantai. Andine tidak pernah marah, bahkan ketika isi tasnya dihamburkan ke lantai.
Yos menunggu di luar kelas dengan tangan dilipat di dada. Saat Andine keluar dari dalam kelas, ia baru sadar kalau ada seseorang yang menunggunya. Andine pun menghampiri Yos.
"Hey, gak pulang ? kenapa masih disini ?" tanya Andine tepat dibelakang Yos.
"Tadi Ratu sengaja nyenggol tas lo sampe jatoh, dia liat kita kemaren waktu di perpus berdua" jawab Yos dengan pandangan lurus ke lapangan basket yang masih ramai dipenuhi murid yang sedang latihan basket.
"Oh.."
"Kok 'oh' doang ?"
"Yaa udah biasa sih, udahlah gak usah diperpanjang, cuma disenggol kok"
itu kalimat terakhir yang dikatakan Andine hari itu kepada Yos karna Yos langsung beranjak pergi meninggalkan Andine dan sebelumnya Yos sempat menatap mata Andine selama 5 detik.
Yos menanyakan nomor handphone Andine kepada teman sekelasnya yang mengenal Andine dengan alasan Yos ingin menanyakan artikel -yang sebenarnya bukan itu alasannya- yang akan memuat profil dirinya untuk artikel olahraga sekolah. Awalnya Yos ragu untuk menghubungi Andine, tapi ia merasa bersalah sudah membuat Andine merasa kebingungan saat di sekolah tadi.
Yos mengirim sebuah pesan kepada Andine.
Hai, maaf mengganggu malam-malam, ini Andine kan ?
-pesan tidak dibalas-
Andine, ini gue, Yos
-pesan tidak juga dibalas-
Andine, mungkin lo udah tidur ya atau sedang tidak memegang handphone. Oke, ga masalah, gue mau ketemu lo, besok pagi. Gue jemput di rumah lo ya jam 8 pagi.
Andine sudah tertidur pulsa karena ia sangat kelelahan hari ini setelah merapikan artikelnya yang selama ini terbengkalai.
Keesokan harinya ketika Andine terbangun, ia menatap layar ponsel yang menampilkan 3 pesan dari sebuah nomor tak dikenal.
Kelar Andine membaca pesan untuknya, ia melirik jam dinding di kamarnya, mata Andine membelalak karena waktu sudah menunjukkan pukul 08.30.
Andine membalas pesan dari Yos, Yos, maaf ya aku baru bangun. Aku akan tiba disana setengah jam lagi. Aku harap kau tidak bosan menungguku.
Seusai Andine mengirim pesan, ia pun beranjak dari tempat tidurnya menuju kamar mandi dengan sigap. Andine tidak menyia-nyiakan waktunya untuk berdandan karena ia sudah membiarkan Yos menunggunya. Andine merasa tidak tega saat melihat Yos berdiri mematung menatap jalanan yang ramai. Kali ini Yos menaiki sepeda berwarna biru dongker. Andine menghampiri Yos dan Yos menoleh ke arah tempat Andine berdiri. Yos menyuruh Andine untuk naik ke jok belakang sepeda, Andine pun menurut dan duduk di jok belakang sepeda. Sepeda pun melaju dengan santai menuju suatu tempat. Sepanjang perjalanan Yos maupun Andine tidak berbicara sepatah katapun. Sesampainya di sebuah taman, persisnya sih bukan taman tetapi sebuah tempat berolahraga seperti joging, bersepeda, dan lain sebagainya.
"Turunlah, sepedanya digiring aja" perintah Yos lembut.
Andine menurut lagi, sebenarnya Andine masih bingung kenapa ia dibawa ke tempat ini, padahal Andine sedang tidak memakai pakaian olahraga.
Sambil berjalan di samping Yos yang menggiring sepeda, Andine bertanya, " Kenapa kau mengajakku kesini ? Kau kan lihat aku sedang tidak memakai pakaian olahraga sama sekali. Sebenarnya kau mau apa sih ?"
"Aku minta maaf karena sudah membuatmu kebingungan oleh sikapku kemarin, gue cuma mau care sama lo." jawab Yos datar.
"Oh..Oh iya, lo tau nomor gue dari siapa ? Jujur gue kaget banget pas tau ada sms dari nomor gak dikenal dan ternyata itu sms dari lo," tanya Andine mengalihkan pembicaraan.
"Sebenarnya semua nomor murid sekelas gue juga punya, tapi jarang aja gue kirimin sms. Kalo penting-penting aja gue sms," jawab Yos berbohong.
"Jadi lo ngajak gue kesini cuma mau bilang 'maaf'' ? Hhh, gue udah ngeluangin waktu tidur gue cuma buat menuhin permintaan lo doang tau, ada hal yang lebih bermanfaat gak yang mau lo tunjukin ke gue ? Kalo gak ada gue pulang aja deh, lagi pula gue gak pake pakaian olahraga, gak nyaman tau." seru Andine setengah cemberut.
Yos berhenti menggiring sepedanya dan melirik Andine. Andine berpikir kalau Yos akan memarahinya, tetapi pikirannya salah, Yos tersenyum sambil berkata, "Maaf ya, tapi lihat deh kesana, bunganya bagus-bagus"
Andine menjulurkan lehernya untuk melihat bunga-bunga yang bermekaran, di pagi hari seperti ini bunga itu terlihat sangat indah bagai lukisan.Andine berjalan mendekati bunga-bunga itu, Yos mengikutinya.
Yos berdiri disamping Andine -tentu saja sepeda Yos suda diparkirkan di tempatnya- dan merangkul Andine. Andine tidak menolak karena -ya tentu saja- Andine menyukai Yos.
"Kau sering mengajak pacarmu ke tempat ini ya ?" tanya Andine.
"Pacar ? Yang mana ?"
"Yang kau jemput di halte sekitar seminggu yang lalu, didepanku" jawab Andine segan.
"Hm, aku lupa, yang mana sih ?"
"Sulit menjelaskannya..Hmm kau benar sudah punya pacar kan ?"
"Tidak"
"Tidak salah lagi ?"
"Aku tidak punya pacar, Andine" jawab Yos tenang.
Yos melirik Andine sebentar dan ia melihat kalau Andine tidak puas akan jawabannya. Yos menyukai Andine semenjak ia melihatnya di Halte saat menjemput sepupunya. Tiba-tiba Yos teringat kejadian di halte yang ditanyakan Andine, ya pasti itu yang Andine maksud, batin Yos.
Yos berpikir sejenak sebelum menjelaskan semuanya kepada Andine. Yos menebak Andine sudah cemburu karna kesalahpahaman waktu itu dan Yos akan menjelaskan semuanya agar Andine tidak salah paham lagi.
Ponsel Andine berdering...
"Ya ma, oh iya iya Andine kesana sekarang"
"Aku harus pulang Yos, mama memintaku untuk mengantarnya ke rumah tanteku. Aku naik taksi aja ya, sampai ketemu besok di sekolah, Yos" pamit Andine dengan senyum mengembang di wajahnya.
Esok harinya Yos sangat bersemangat pergi ke sekolah, ia ingin mengutarakan perasaannya selama ini kepada Andine. Tetapi kenyataan sedang tidak berpihak kepada Yos, hari ini Andine sangat sibuk mewawancarai penghuni sekolah yang berargumen kalau semalam sekolah ini dirusak oleh beberapa pria berbadan besar dan nyawa penjaga sekolah juga hampir hilang. Menurut isu yang beredar, beberapa komputer di lab dirusaknya dan hampir seluruh fasilitas kelas di rusaknya. Sampai saat ini baru terdapat sedikit fakta yang mengatakan bahwa kejadian ini adalah ulah preman setempat yang sedang mabok akibat minuman keras karena terdapat beberapa botol minuman keras di Lab komputer yang sudah pecah, fakta lain mengatakan kalau mereka hanya sedang mabuk sehingga mereka hanya merusak fasilitas sekolah dan tidak mencurinya.
Semua murid dipulangkan demi kenyamanan belajar. Yos duduk dibawah tangga yang kebetulan di tempat itu tidak ada kerusakan sama sekali. Yos merasa kesal karena kejadian ini menyurutkan niatnya untuk mengungkapkan perasaannya kepada Andine. Andine tampak lelah sekali, ia berjalan kesana kemari mencari info dan fakta. Rasanya Yos ingin sekali membantunya, tetapi Andine tidak ingin dibantu, ia selalu ingin mengerjakan tugasnya -yang merupakan hobinya juga- dengan sendiri.
Pukul 12.00 Andine belum juga menyelesaikan pekerjaannya, ia sangat sibuk sehingga ia tidak menyadari kalau di seberangnya ada Yos yang memperhatikannya. Berniat untuk menunggu Andine menyelesaikan pekerjaannya, Yos tertidur. Ketika Yos terbangun, Andine sudah duduk di depan tempat Yos tertidur sambil mendengarkan lagu dari ponselnya.
"Kau sudah lama disini ?"
"Hah ? Apa ?" tanya Andine sambil membuka salah satu earphonenya dari kupingnya.
"Lo udah lama duduk disini ?"
"Enggak, gue baru kelar barusan trus gue liat lo disini, yaudah gue samperin deh. Lo ngapain disini ? kok tiduran ?"
"Bingung mau ngapain, soalnya kan gak sekolah hari ini. Jadi gue ngabisin waktu aja sambil nungguin lo kelar"
"Laper nih, makan yuk" ajak Andine semangat.
Keesokan harinya sekolah sudah berjalan normal walaupun fasilitas sekolah masih belum lengkap. Yos sudah mempersiapkan segalanya dengan matang, ia harus mengungkapkan perasaannya pada Andine apapun yang terjadi. Pada saat istirahat, Yos menyampaikan pesan kepada Andine untuk menemuinya di taman sekolah, Andine menurutinya. Sesampainya di taman sekolah, Andine melihat banyak sekali karangan bunga yang indah membentuk kalimat I LOVE YOU ANDINE. Taman sekolah memang cukup luas, jarang sekali murid yang berkunjung kesana sehingga Yos dengan leluasa menggunakan taman itu.
Yos muncul dari belakang Andine dan membawa satu ikat mawar merah. Yos sangat romantis, ia membuat semuanya ini sendiri, ia sengaja cabut satu mata pelajaran hanya ingin merangkai semua ini. Andine terperangah sekaligus kagum melihat semuanya ini. Degup jantung Andine berdetak sangat cepat dan tak karuan, ini pertama kalinya Andine alami, ia merasa gugup dan gemeteran. Yos mendekati Andine dan berlutut dihadapan Andine sambil meraih tangan kanan Andine. Sangat Romantis.
"Andine, kau menyukainya ?"
"Ya, aku sangat menyukai deretan bunga yang membentuk kalimat itu, darimana kau mendapat inspirasi seperti itu ?"
"Tidak penting aku terinspirasi darimana. Sekarang aku ingin mengungkapkan sesuatu kepadamu"
Jantung Andine makin berdegup kencang.
"Aku menyukaimu dari saat aku melihatmu di halte itu. Sebenarnya aku baru ingat ternyata yang kau tanyakan kemarin itu adalah sepupuku, yang aku jemput di halte itu sepupuku"
"Andine, Would You Be My Only One Girl ?"
Andine gugup, tangannya gemetar.
"Sorry Yos, kita gak bisa bersatu. Kita berbeda, tetapi...aku juga menyukaimu, sejak lama"
Andine merasa genggaman Yos mengendur, Yos menengadah dengan mimik wajah tidak percaya dan meminta kasihan. Yos berdiri dan mendekati Andine, menatap mata Andine mencari kepastian, tetapi Andine tidak berbicara sepatah katapun. Andine merasa dibekukan ditaman ini, kakinya tidak dapat berlari menjauhi Yos agar tidak dilihatnya lagi wajah yang meminta belas kasihan itu.
"Aku suka karangan bunganya, boleh aku foto ?" pinta Andine kepada Yos.
Yos duduk diam di bawah pohon di taman itu. Yos memandangi sosok Andine yang sudah tidak membeku lagi seperti tadi, Andine sibuk mengambil foto karangan bunga itu, Yos sangat menyukai Andine tetapi mereka 'berbeda', mereka tidak bisa bersatu. Andine sudah meminta Yos untuk selalu menjadi sahabatnya, dan meskipun Yos sulit menerimanya, mau tidak mau Yos harus menyetujuinya.